Total Tayangan Halaman

Selasa, 26 Juni 2018

HARI RAYA LEBARAN DI KAMPUNG, MENIKMATI KEBERSAMAAN DI HARI RAYA IDUL FITRI, MUDIK LEBARAN BERKUMPUL DENGAN KELUARGA BAHAGIA, MINAL ADZIN WAL FAIDZIN MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN ( DREAMGEDE GROUP )









DREAMGEDE Group MENGUCAPKAN Taqqabalahu mina wa minkum Taqqabllahu ya Karim Minal Aidzin Wal Faidzin.

Mohon Maaf Lahir dan Batin atas semua kesalahan perbuatan baik yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja dari pelayanan management kami semoga dengan LEBARAN ini kinerja kami tambah baik dan lebih profesional. Amien

berkumpul dan guyub rukun keluarga selalu SAMARA dunia dan akhirat



LEBARAN ITU...
Setelah berpuasa Ramadhan selama satu bulan, kita akhirnya menemui Lebaran pada satu Syawal. Inilah titik bagi setiap dari kita naik kelas dari bawah ke atas, dari rendah ke tinggi, dan dari buruk ke baik. Syawal artinya meningkat alias naik kelas.

Satu Syawal juga disebut sebagai hari penanda kemenangan. Kemenangan atas pencapaian diri mengalah kan segala yang dilarang. Padahal, yang di la rang serbapenuh kenikmatan. Namun, kita berhasil melewatinya dengan penuh kesabaran dan kesadaran. Makan, minum, berbicara kotor, berbohong, menggunjing, pacaran, merokok, dan segala kenikmatan lainnya kita mampu kendalikan. Ruh inilah yang semestinya dibawa pada 11 bulan berikutnya. Agar manusia Ramadhan tidak lenyap begitu saja setelah euforia kemenangan. Baca juga : http://dreamgedejogja.blogspot.com/2018/06/cari-catering-murah-semarang-daftar.html

Yang pantas menikmati kemenangan 1 Syawal adalah mereka yang ikut dalam "proses pertarungan". Bertarung melawan diri sendiri (jihadun nafs), inilah pertarungan terbesar. Bahkan, lebih besar dari Perang Badar pada zaman Rasulullah SAW. Seperti dikisahkan dalam hadis yang diriwayatkan al-Baihaqi dalam kitab az-Zuhd (384) dan al-Khatib al-Baghdadi dalam kitab Tarikh Baghdad (6/171) yang berbunyi, "Kita kembali dari jihad yang kecil (Perang Badar) kepada jihad yang lebih besar (perang melawan hawa nafsu)." Jihad terbesar inilah yang semestinya kita siapkan pasca-Ramadhan. Jangan sampai euforia kemenangan yang setiap tahun kita rayakan tetap saja mengantarkan kita ke jalur yang sama, yaitu penuh dosa dan salah.

Seperti laiknya arena pertarungan, yang tidak ikut "bertarung" berarti tidak pantas merayakan kemenangan. Banyak orang hebat gagal bertarung melawan dirinya. Hebat di mata orang belum tentu hebat bagi dirinya. Mampu menebar nasihat dan dakwah, tetapi gagal menasihati dan mendakwahi dirinya. Bahkan, keluarganya. Padahal, diri dan keluarga itulah yang nantinya akan dimintai pertanggungjawaban. Seperti firman Allah, "Jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka." (QS at-Tahrim [66]: 6).
Saat ini, di tengah maraknya industri nasihat, banyak orang pandai menasihati, tetapi tak pandai menasihati diri sendiri. Lebih mudah menjadi pembicara hebat daripada menjadi pendengar hebat. Lebih mudah berbicara daripada diam seribu bahasa. baca juga : http://dreamgedejogja.blogspot.com/2018/06/paket-sembako-lebaran-di-yogyakarta.html

Terjadi lah inflasi kata-kata. Karena, untuk menjadi pendengar hebat, butuh kesediaan dan kerelaan diri untuk menerima kebenaran dan kebaikan. Lalu, muncullah kesombongan. Arti sederhana dari sombong adalah menolak kebenaran. Mengabaikan nasihat kebaikan. Mari kita hindari dengan terus introspeksi agar tidak sampai lupa diri.



MOVE ON LEBARAN

Dengan datangnya Lebaran, kita move on-kan diri sepenuh hati menuju kemenangan. Saatnya kita setop segala bentuk dusta dan kesalahan. Inilah substansi kemenangan. Mari kita lebarkan diri membuka tali silaturahim pada Syawal ini. Membuka hati untuk saling memaafkan atas segala kesalahan. Kita sudahi hal-hal yang membuat kotor ruhani kita.

Kita move on-kan "mind-body- soul" kita kepada kebenaran Allah SWT. Bukan kebenaran manusia atau kebenaran penguasa. Karena, sering kali di tangan penguasa, kebenaran tergadaikan. Mari sambut kemenangan kita karena kita pantas merayakannya.
baca juga : http://dreamgedejogja.blogspot.com/2017/06/paket-meeting-jogja-murah-tempat.html




 


MAKNA LEBARAN NAN FITRI
Memaknai Hari Raya Idul Fitri sebagai momen untuk berkumpul bersama keluarga, karena hal ini jarang bisa dilakukan. Makna ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
Lebaran momen besar untuk umat muslim di dunia. Momen kemenangan setelah berpuasa dan menahan hawa nafsu sebulan penuh. Sebenarnya maknanya tidak jauh berbeda dengan apa yang saya rasakan, yaitu momen di mana saya bisa berkumpul bersama keluarga karena jarang bisa berkumpul.
Lebaran sebagai ajang untuk introspeksi diri sendiri. Selain itu juga momen untuk berkumpul bersama sanak-saudara, dan juga mengendalikan ego, yakni dengan saling memberi dan meminta maaf. baca juga : http://dreamgedejogja.blogspot.com/2017/01/jual-pengharum-ruangan-yogyakarta-jual.html


Moment makan bersama keluarga



PESAN LEBARAN UNTUK REMAJA DAN PEMUDA
Waktu Lebaran adalah saat yang tepat untuk membahagiakan dan memprioritaskan keluarga. Kayaknya lebaran ini mau saya manfaatkan untuk membahagiakan keluarga. Karena belum tentu nanti kalau sudah berkeluarga bisa memperioritaskan keluarga seperti sekarang. Jadi lebih ke berbakti ke orangtua dulu. 
Bersyukur karena masih diberikan kesempatan kumpul bareng keluarga yang udah makin jarang ketemu, bersyukur karena masih diberi kesempatan mengikuti ibadah Ramadan hingga Idulfitri, dan bersyukur masih punya kesempatan sungkem minta maaf dari hati yang paling dalam ke orangtua, kakak, sahabat, dan saudara.
baca juga : http://dreamgedejogja.blogspot.com/2016/06/jual-paket-nasi-box-untuk-karyawan-di.html
Kepadatan Lalu Lintas di Jalur Pantura

ZIARAH KE MAKAM LELUHUR


Sudah menjadi tradisi bagi sebagian masyarakat untuk berziarah ke makam orang tua atau sanak saudara saat Idul Fitri tiba. Di makam tersebut para peziarah bersama-sama berdoa untuk orangtua dan saudara mereka.
Berbagai tanggapan ulama muncul menyikapi tradisi ziarah saat Idul Fitri ini ,ziarah dilakukan kapanpun diperbolehkan dengan tujuan menebalkan keimanan dengan mengingat mati.



“Siapa ziarah ke makam kedua orang tuanya atau salah satunya pada setiap hari jumat, Allah akan mengampuni dosa-dosanya dan mencatat sebagai bakti dia kepada orang tuanya (HR Hakim),”


BERKUNJUNG KE RUMAH PENINGGALAN MBAH 



Sebuah rumah Joglo Jawa yang kokoh dan unik dibuat sekitar tahun 1920an, ketika aku kecil selalu menginap di sini selama libur Lebaran yang bertujuan menikmati desa dan menemani Mbah.

Sekarang rumah ini kurang perawatan, semoga bisa aku bisa beli rumah ini. Mengangkat memoriku di waktu kecil bersama Mbah tersayang. Semoga Alloh SWT membarikan terbaik untuk Mbah di Surga dan amal ibadahnya di terima Oleh Alloh SWT. Amien.



Membeli lagi rumah Joglo mbah dan menjadikan lagi sebagai tempat tinggal yang Islami untuk menjadi manfaat bagi lingkungan dan masyarakat.

INDAHNYA LEBARAN BERSAMA KELUARGA DI KAMPUNG

 

MUDIK Lebaran itu mengasyikkan. Banyak penjelasan mengapa orang ramai-ramai pulang mudik untuk ber-Lebaran di kampung. Di antaranya ialah untuk berkumpul keluarga di hari yang istimewa itu. Terlebih bagi mereka yang masih punya orangtua, kerinduan untuk bertemu mereka menjadi dorongan utamanya.
Bernostalgia tapak tilas masa-masa remaja di desa itu serasa rekreasi emosional menembus waktu ke masa silam yang begitu terasa indah setelah lama berlalu. Begitu besarnya arus dan gelombang mudik, sampai-sampai pemerintah menaruh perhatian istimewa untuk memfasilitasi MUDIK LEBARAN ini.
Sejak dari perbaikan jalan darat, laut, dan udara, semuanya disiapkan sebaik mungkin. Tidak ketinggalan polisi dikerahkan untuk turut menciptakan keamanan dan kenyamanan perjalanan mudik. baca juga : http://dreamgedejogja.blogspot.com/2016/01/makan-romantis-di-bukit-bintang.html



Sebagaimana, berdasarkan fakta dan realita kebiasaan masyarakat kita, selama ini telah terbangun opini publik yang rasanya sangat sulit untuk diubah, yakni bahwa hari idul fitri itu sama dengan hari mudik dan pulang kampung massal untuk berkumpul dengan keluarga dan handai tolan. Tapi disini, tentu bukan mangan gak mangan ngumpul, tapi justru ngumpul-ngumpul untuk mangan-mangan, karena pada hari raya hampir bisa dipastikan di setiap rumah keluarga muslim makanan dan jajanan selalu banyak dan bermacam ragam. Disamping itu telah terbentuk pula kebiasaan yang sudah merata di masyarakat kita bahwa, hari idul fitri adalah hari salam salaman, hari maaf maafan, hari saling beranjang sana dan bersilaturrahim antar keluarga, kerabat, handai tolan, tetangga dan sahabat.

Itu adalah sekelumit gambaran tentang beragam pemaknaan, penyikapan dan fenomena seputar hari raya idul fitri di masyarakat kita. Tentu masih banyak lagi yang lainnya. Dan tentu saja bukan berarti itu semua salah. Sebagiannya adalah benar, baik, positif dan justru merupakan salah satu sunnah hasanah (kebiasaan baik) yang harus tetap dipertahankan, seperti kebiasaan silaturrahim itu misalnya. Namun jika yang kita pahami dan dapatkan dari idul fitri yang merupakan penutup dan sekaligus pelengkap ibadah Ramadhan, hanyalah yang seperti itu saja, tentu sangat tidak tepat.

 

Titik balik dalam hidup untuk mengenali diri sendiri secara utuh. Aku mengartikan Lebaran, Idulfitri sebagai titik balik hidup. 
Aku berusaha kembali ke fitri tiap Lebaran, baik itu fitri secara literal, meaning as pure maupun fitri yang berartikan personal diriku yang seutuhnya tanpa manipulasi. Gampangnya introspeksi diri.

DREAMGEDE PRODUCTION @2018


WA 08190 41 69982
SMS 081 565 04380
BBM DC0A1DEB

0 komentar:

Posting Komentar