Total Tayangan Halaman

Rabu, 23 Juli 2014

PAKET WISATA RELIGI DI YOGYAKARTA, TEMPAT WISATA MURAH RELIGI YOGYAKARTA, TEMPAT - TEMPAT WISATA RELIGI DI YOGYAKARTA .

PAKET WISATA RELIGI DI YOGYAKARTA, 
TEMPAT WISATA MURAH RELIGI YOGYAKARTA, TEMPAT - TEMPAT WISATA RELIGI DI YOGYAKARTA .


Ternyata di Yogyakarta Ada Tempat Wisata Religi Islam

 Ternyata Yogyakarta punya tujuan wisata religi Islami. inilah tempat yang menyejukan hati itu.



Masjid Gedhe Kauman di Kraton Kasultanan Yogyakarta sebagai kerajaan Islam dalam perundingan Giyanti pada tahun 1755. Masjid Gedhe Kauman berdiri 18 tahun kemudian setelah perjanjian Giyanti.  Keistimewaan Masjid Gedhe Kauman adalah satu-satunya masjid raya di Indonesia yang berumur lebih 200 tahun menyimpan begitu banyak potensi sejarah di dalamnya. 

Gaya arsitekturalnya yang kental dengan nuansa Kraton menjadi daya tarik tersendiri untuk dijadikan objek wisata sejarah bagi wisatawan lokal maupun asing. 
Posisi Masjid Gedhe Kauman tidak jauh dari Kraton Yogyakarta, sebelah barat tepat disamping Alun-alun Utara. 

Bila kita melihat bagian atap masjid ini menggunakan sistem atap tumpang tiga dengan mustaka yang mengilustrasikan daun kluwih dan gadha. 
Sistem atap tumpang tiga ini memiliki makna kesempurnaan hidup melalui tiga tahapan kehidupan manusia yaitu, Syariat, Makrifat dan Hakekat. Perubahan jaman dengan segala peristiwanya telah membuat bangunan masjid ini berkembang dan berbeda dengan masa lalunya. 

Pada tahun 1867 terjadi gempa besar yang meruntuhkan bangunan asli serambi Masjid Gedhe Kauman diganti dengan menggunakan material yang khusus diperuntukkan bagi bangunan kraton. Tidak ketinggalan pula lantai dasar masjid yang terbuat dari batu kali kini telah diganti dengan marmer dari Italia. Pesona dari Masjid Gedhe Kauman terletak pada beberapa keunikan salah satunya pemasangan batu kali putih pada dinding masjid tidak menggunakan semen dan unsure perekat lain, serta penggunaan kayu jati utuh yang telah berusia 200 tahun lebih sebagai penumpang bangunan masjid tersebut.






Berada dikawasan Kotagede bekas ibu kota kerajaan Islam yang menjadi daya tarik turis.

“Kalau sering ke Yogyakarta, pasti enggak asing sama kawasan Kotagede yang pas untuk berwisata religi,” ucap traveler.

Kawasan Kotagede terdapat bekas markas Kerajaan Mataram Islam. Di sana banyak rumah-rumah dan bangunan kuno lain yang masih gagah berdiri.

Berjalan mendekat ke arah kompleks masjid, akan ditemui sebuah gapura yang berbentuk paduraksa.  Persis di bagian depan gapura, akan ditemui sebuah tembok berbentuk huruf L. Bentuk paduraksa dan tembok L itu adalah wujud  toleransi Sultan Agung pada warga yang ikut membangun masjid yang masih memeluk agama Hindu dan Budha. Sebelum memasuki kompleks masjid, akan ditemui sebuah pohon beringin yang konon usianya sudah ratusan tahun. Pohon itu tumbuh di lokasi yang kini dimanfaatkan untuk tempat parkir. Karena usianya yang tua, penduduk setempat menamainya "Wringin Sepuh" dan menganggapnya mendatangkan berkah. Keinginan seseorang, menurut cerita, akan terpenuhi bila mau bertapa di bawah pohon tersebut hingga mendapatkan dua lembar daun jatuh, satu tertelungkup dan satu lagi terentang.

Berjalan mendekat ke arah kompleks masjid, akan ditemui sebuah gapura yang berbentuk paduraksa. Persis di bagian depan gapura, akan ditemui sebuah tembok berbentuk huruf L. Pada tembok itu terpahat beberapa gambar yang merupakan lambang kerajaan. Bentuk paduraksa dan tembok L itu adalah wujud toleransi Sultan Agung pada warga yang ikut membangun masjid yang masih memeluk agama Hindu dan Budha. Memasuki halaman masjid, akan ditemui sebuah prasasti yang berwarna hijau. Prasasti bertinggi 3 meter itu merupakan pertanda bahwa Paku Buwono pernah merenovasi masjid ini. Bagian dasar prasasti berbentuk bujur sangkar dan di bagian puncaknya terdapat mahkota lambang Kasunanan surakarta.

Adanya prasasti itu membuktikan bahwa masjid Kotagede mengalami dua tahap pembangunan. Tahap pertama yang dibangun pada masa Sultan Agung hanya merupakan bangunan inti masjid yang berukuran kecil. Karena kecilnya, masjid itu dulunya disebut Langgar. Bangunan kedua dibangun oleh raja Kasunanan Surakarta, Paku Buwono X. Perbedaan bagian masjid yang dibangun oleh Sultan Agung dan Paku Buwono X ada pada tiangnya. Bagian yang dibangun Sultan agung tiangnya berbahan kayu sedangkan yang dibangun Paku Buwono tiangnya berbahan besi.


“Kalau datang ke kawasan ini biasanya turis banyak berziarah ke makam raja yang mudah dijumpai,” imbuhnya.

Rupanya, kawasan ini dulunya bekas ibu kota kerajaan. Di sana juga terdapat masjid kuno yang dibangun sekitar 1640. Itulah Masjid Kota Gede yang diklaim usianya lebih tua dari Masjid Kauman milik keraton. INFO RENT CAR JOGJA 081565 04380



Informasi Wisata Religi Yogyakarta
DReam GEDE Tour & Travel
 Hub . 081 565 04380 / 081 904 169982/ BB 5513A5A6


0 komentar:

Posting Komentar