WISATA KE MUSEUM SONOBUDOYO YOGYAKARTA
WISATA BUDAYA DAN SEJARAH YOGYAKARTA DI PLERET
GUIDE WISATA SEJARAH DI JOGJA
WISATA MURAH KUNJUNGAN
KE MUSEUM DI JOGJA
DREAMGEDE Wisata Jogja mengajak kita semua untuk wisata berbudaya apa itu ? yaitu kita berwisata mempelajari menyimpan banyak sejarah yang tak terlupakan. DREAMGEDE Wisata Jogja mengajak kamu mengenal tempat-tempat yang menjadi peninggalan sisa-sisa sejarah di Jogja yang sampai saat ini masih dipertahankan.
Sudut sudut luar yang menyimpan koleksi patung, arca, meriam bersejarah di Museum ini
Bila anda berkunjung kemari anda akan terpuaskan dengan berbagai jenis koleksi yang ada. Selain berlibur disini kita juga dapat menimba ilmu dari apa yang ada di Museum Sonobudoyo melalui koleksi-koleksinya. Kami juga menyediakan DREAMGEDE wisata Jogja berkunjung kemari. Selain dibanjiri oleh wisatawan domestic, wisatawan mancanegara pun juga banyak yang berkunjung.
Petugas museum juga menuturkan bahwa keris-keris ini akan dipajang di ruangan pameran yang akan di buat pada waktu dekat ini, pembuat kerajinan wayang kulit, jadi anda bisa langsung membeli maupun mengoleksi Wayang Kulit langsung dari Museum Sonobudoyo. Semoga dikunjungan nanti yang akan datang sudah jadi.
WA 08190 41699 82
BBM 5513A5A6
SMS 0815 650 4380
WISATA BUDAYA DAN SEJARAH YOGYAKARTA DI PLERET
GUIDE WISATA SEJARAH DI JOGJA
WISATA MURAH KUNJUNGAN
KE MUSEUM DI JOGJA
DREAMGEDE Wisata Jogja mengajak kita semua untuk wisata berbudaya apa itu ? yaitu kita berwisata mempelajari menyimpan banyak sejarah yang tak terlupakan. DREAMGEDE Wisata Jogja mengajak kamu mengenal tempat-tempat yang menjadi peninggalan sisa-sisa sejarah di Jogja yang sampai saat ini masih dipertahankan.
Kami memberikan dan menginformasikan Obyek wisata di Jogja yang unik dan wajib Anda kunjungi dalam kategori Wisata Sejarah di Jogja dengan keunikan tersendiri seperti museum dan situs purbakala. Dengan mengunjungi tempat wisata sejarah di Jogja kita dapat mengetahui seperti apa kehidupan di masa lalu dan tradisi yang sampai sekarang masih lekat. Museum di Yogyakarta seperti Museum Sonobudoyo dan museum Pleret sebagai Tempat Wisata di Jogja yang memiliki nilai sejarah masih sangat banyak yang bisa kita temui.
Kami DREAMGEDE Wisata Jogja mengajak anda ke tempat-tempat yang merupakan sejarah di kota Yogyakarta yang juga merupakan salah satu dari tempat wisata sejarah dan budaya di Indonesia yang telah mendunia. info Wisata WA 081904169982.
Sejarah Yogyakarta memang terpusat di Keraton Yogyakarta, dan menjadi museum hidup bagi pelestarian kebudayaan. Wisata Sejarah & Budaya Yogyakarta di sini kita bisa belajar banyak mengenai sejarah Yogyakarta, terutama yang berada di komplek Istana Kraton Ngayogyakarto Hadiningrat. baca juga : http://cermin-jayaperkasa.blogspot.co.id/2017/03/sewa-gedung-pernikahan-murah-di-jogja.html
MUSEUM SONOBUDOYO
Museum Sonobudoyo merupakan museum terlengkap di Indonesia setelah Museum Nasional di Jakarta yang memuat koleksi kesenian dan kebudayaan. Museum Sonobudoyo awalnya merupakan yayasan yang bergerak dalam bidang kebudayaan Jawa, Madura, Bali dan Lombok yang bernama Java Institut yang berdiri tahun 1919 di Surakarta. Selanjutnya pada tahun 1924 berhasil mendirikan museum di Yogyakarta yang diberi nama Sonobudoyo. Pada awalnya museum ini mempunyai koleksi puluhan ribu artefak bersejarah.
Selanjutnya pada tanggal 6 November 1935, Museum Sonobudoyo diresmikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VII yang ditandai dengan candra sengkala “ Kayu Kinayang Ing Brahmana Budha “. Museum ini di kelola oleh Kantor Sosial Bagian Pengajaran pada masa pendudukan Jepang. Selanjutnya setelah kemerdekaan museum Sonobudoyo ini dikelola oleh Pemerintah Provinsi DIY. Pada tahun 1974 Museum Sonobudoyo ini sempat diserahkan kepada Departeman Pendidikan dan Kebudayaan. Kemudian setelah adanya kebijaksanaan otonomi daerah, pengelolaan museum ini kembali diserahkan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Yogyakarta.
Museum Sonobudoyo sekarang terbagi menjadi dua unit yang letaknya terpisah. Unit pertama museum ini terletak di dekat alun-alun utara keraton Yogyakarta ini memiliki bentuk bangunan rumah joglo bergaya Masjid Keraton Kasepuhan Cirebon yang dilengkapi dengan pendapa kecil dan besar, gandok kiri dan kanan Sedangkan Museum Sonobudoyo unit kedua terletak di daerah Wijilan. Museum Sonobudoyo merupakan museum yang bersifat umum karena memuat sekiyar 10 jenis koleksi museum yang dikategorikan sebagai berikut : Teknologi, Geologi, Seni Rupa, Biologi, Keramologi, Etnografi, Filologika, Arkeologi, Numismatika dan Historika.
Senjata Keris merupakan salah satu jenis koleksi yang dimiliki oleh museum sonobudoyo ini. Tercatat sekitar 1200 buah keris yang menjadi koleksi dari museum ini yang berasal dari berbagai penjuru daerah nusantara. Keris –keris yang berada di museum ini mempunyai bentuk dan tipe yang bermacam-macam. Misalnya keris-keris Jawa yang berbentuk keris luk 7, keris luk 11, keris luk 13, keris lurus dan keris dengan berbagai macam pamor. Seanjutnya keris dari luar Jawa berasal dari Aceh yang berupa keris rencong, Mandau dari Kalimantan, keris dari Madura dan Bali serta keris dari Sulawesi. Museum ini juga mempunyai koleksi sebuah bahan baku pembuatan keris sekitar tahun 700 Masehi yang benama Wesi Buddha.
Terdapat juga koleksi yang berupa benda-benda peninggalan dari masa prasejarah sampai dengan masa datangnya Islam di Indonesia. Barang-barang koleksi tersebut seperti kapak batu, teracota, kubur batu, wayang, topeng, kain batik dan lain-lain. Terdapat juga koleksi unggulan yang berupa topeng emas Puspa Sarira yang terbuat dari bahan emas yang merupakan perwujudan dari Gayatri. Museum Sonobudoyo ini juga menyimpan naskah dan buku-buku yang berhubungan dengan kebudayaan yang seringkali museum ini digunakan untuk tempat penelitian dan mencari referensi.
Koleksi Al Quran untuk Sultan Yogyakarta
Lokasi
Museum Sonobudoyo terbagi menjadi 2 unit, Unit pertama terletak di Jl.Trikora no.6 Yogyakarta (depan alun - alun lor Kraton Yogyakarta) dan Unit dua terletak di Ndalem Condrokiranan Wijilan Yogyakarta. baca juga : http://cermin-jayaperkasa.blogspot.co.id/2016/12/wisata-gua-pindul-paket-murah-wisata.html
Akses
Museum Sonobudoyo terletak di tengah kota yang dapat diakses dengan mudah dari segala arah. Semua alat transportasi dapat dipakai untuk mencapai tempat ini seperti : kendaraan pribadi, bus trans Jogja, bus kota, taxi, becak, andong dan sepeda. Anda juga dapat mencapai tempat ini dengan berjalan kaki bila dari kawasan Malioboro.
Harga Tiket
Harga tiket untuk memasuki museum ini :
- Untuk Dewasa Rp.3.000,-
- Anak-anak Rp.2.500,-
- Rombangan : Untuk Dewasa Rp.2.500,- dan untuk anak-anak Rp.2.000,-
- Wisatawan Asing sebesar Rp.5.000,-
- Menonton Pagelaran wayang orang Rp.20.000,-
Ruang Koleksi Topeng dan Wayang terlengkap di Indonesia
Fasilitas penunjang yang tersedia ditempat ini berupa koleksi buku dan naskah yang menggambarkan kebudayaan Indonesia, ruang laboratorium konversi, pendopo untuk ruang pengunjung.
Museum Sonobudoyo Unit I mempunyai Auditorium yang dapat digunakan untuk ruang rapat, pelatihan atau seminar yang berkapasitas 75 orang untuk lantai pertama dan 100 orang untuk lantai dua. Museum Sonobudoyo Unit II mempunyai Ruang Serbaguna yang berkapasitas 500 orang yang dapat digunakan untuk tempat pernikahan dan sarasehan yang dilengkapi dengan AC, sound system, kursi lipat, meja seminar dan ruang transit berkapasaitas 15 orang.
Di Museum ini terdapat beberapa koleksi yang jumlahnya kurang lebih 43.000 ,yang terbagai dalam beberapa kategori koleksi, yakni :
- Jenis Koleksi Geologika : Terdiri dari benda-benda objek ilmu geologi, contohnya seperti : batuan, mineral, fosil, dan benda-benda bentukan alam lainnya.
- Jenis Koleksi Biologika : Terdiri dari benda-benda objek ilmu biologi, contohnya seperti : rangka manusi, tumbuhan dan hewan.
- Jenis Koleksi Etnografika : Benda-benda hasil budaya yang merupakan gambaran identitas dari suatu etnis.
- Jenis Koleksi Arkeologi : Terdiri dari benda-benda objek ilmu arkeologi, seperti contoh peninggalan dari zaman prasejarah yang berupa benda maupun pengaruh budaya.
- Jenis Koleksi Numismatika/Heraldika : Terdiri dari koleksi mata uang yang sah, logam maupun kertas, lambang (cap/stempel) da n setiap tanda jasa.
- Jenis Kolek’si Historika : Terdiri dari benda-benda peninggalan sejarah dari masa masuknya barat hingga sekarang.
- Jenis Koleksi Filologika : Terdiri dari peristiwa yang ada di naskah-naskah kuno maupun yang tulisan tangan.
- Jenis Koleksi Keramologika : Terdiri dari berbagai barang yang terbuat dari tanah liat, seperti guci dan lainnya.
- Jenis Koleksi Senirupa : Merupakan koleksi seni yang mengekspresikan pengalaman artistic melalui dua tiga dimensi.
- Jenis Koleksi Teknologika : Terdiri dari benda yang menggambarkan perkembangan teknologi yang menonjol, atau hasil produksi oleh suatu pabrik atau pabrik ,misalnya Gramaphon.
Koleksi Pura / Candi di dalam Museum Sonobudoyo memberikan ketertarikan tersendiri
Sudut sudut luar yang menyimpan koleksi patung, arca, meriam bersejarah di Museum ini
Bila anda berkunjung kemari anda akan terpuaskan dengan berbagai jenis koleksi yang ada. Selain berlibur disini kita juga dapat menimba ilmu dari apa yang ada di Museum Sonobudoyo melalui koleksi-koleksinya. Kami juga menyediakan DREAMGEDE wisata Jogja berkunjung kemari. Selain dibanjiri oleh wisatawan domestic, wisatawan mancanegara pun juga banyak yang berkunjung.
Petugas museum juga menuturkan bahwa keris-keris ini akan dipajang di ruangan pameran yang akan di buat pada waktu dekat ini, pembuat kerajinan wayang kulit, jadi anda bisa langsung membeli maupun mengoleksi Wayang Kulit langsung dari Museum Sonobudoyo. Semoga dikunjungan nanti yang akan datang sudah jadi.
Museum Sonobudoyo, Yogyakarta : Lihat ulasan, artikel, dan foto Museum Sonobudoyo di antara objek wisata di Yogyakarta di DREAMGEDE Wisata Jogja WA 081904169982
2. MUSEUM PURBAKALA PLERET
Museum Sejarah Purbakala Pleret di bangun sejak tahun 2004 dan mulai dibuka untuk umum pada tanggal 10 maret 2014. Museum yang berada di Kawasan Cagar Budaya (KCB) Pleret terletak di Jl. Raya Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul. Museum menyimpan benda-benda koleksi peninggalan Mataram di wilayah Bantul pada umumnya dan Pleret pada khususnya.
KOLEKSI MUSEUM SEJARAH PURBAKALA PLERET
UMPAK KERATON KERTO
Umpak merupakan landasan tiang dalam sebuah bangunan jawa tradisional dan biasanya berasal dari batuan andesit. Umpak yang menjadi koleksi Museum Sejarah Pubakala Pleret ditemukan di situs Kerto, Pleret, Bantul. Umpak ini memiliki panjang sisi 85cm x 85 cm, sedangkan panjang sisi bagian permukaan 70cm x 70cm. Umpak tersebut memiliki ornamen stiliran yang maksudnya mim kha mim atau kalau diterjemahkan artinya Muhammad. Adapun ornamen memang juga menjadi ciri pada masa Sultan Agung. Hal tersebut didukung oleh keberadaan tiang cungkup makam Sultan Agung yang juga memiliki ornamen stiliran serupa.
Menjelang pertengahan abad ke-17, Sultan Agung wafat di Keraton Kerta dan Mangkurat I naik tahta. Dia perintahkan rakyat untuk bikin batubata. Raja baru mau buat keraton baru di Pleret. Berikut segala ikutannya. Pada tahun 1648, Pleret pun menjadi kedudukan Mataram selama hampir empat windu.
Museum Sejarah Purbakala Pleret. Koleksi yang berasal Keraton Pleret hanya berupa tiga koin tahil dan sejumlah mata uang Tiongkok Kuno. Selebihnya adalah Peta Rencana Pengepungan Keraton Pleret Tahun 1826, Peta Situasi Keraton Pleret, Peta Kuno Keraton Pleret, dan foto Makam Gunung Kelir.
Bangunan keraton memang sudah lama runtuh. Pertama karena serangan Trunajaya, 1677. Mangkurat sampai melarikan diri dan meninggal dua minggu kemudian. Kedua, Belanda menyerang Pleret yang merupakan salah satu markas pasukan Diponegoro, 1826. Ketiga, perusahaan Belanda mendirikan pabrik gula di Situs Pleret, 1862. Keempat, pabrik dibumihanguskan pada masa Agresi Militer II. Kelima, pemukiman, sawah, industri batubata berkembang di kawasan situs.
Menurut Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Daerah Istimewa Yogyakarta (2005) adanya sekarang di Situs Pleret adalah fondasi Masjid Gedhe Pleret, fondasi benteng, tapak keraton, sisa-sisa tanggul tanah, dan toponim kampung. Meski koleksi museum mengungkap artefak Hindu-Budha ditemukan setidaknya di 10 dari 17 kecamatan di Kabupaten Bantul. info Wisata Jogja WA 081904169982 / SMS 08156504380
Arca-arca batu ditemukan di Kecamatan Pajangan (Agastya), Piyungan (Jambhala), Pleret (Durga), Pundong (arca Mandala Vajradhatu), Sanden (Agastya), Sewon (Ganesha).
baca juga : http://cermin-jayaperkasa.blogspot.co.id/2015/09/sewa-misty-fan-yogyakarta-sewa-misty.html
Di Kecamatan Banguntapan ditemukan wadah peripih di Desa Potorono, serta kemuncak, antefiks, padma di Desa Baturetno. Genta pendeta berasal dari Kecamatan Bantul dan yoni asal Jetis. Sejumlah perhiasan emas dan perunggu ditemukan oleh Pak Mujiyono (1993) seorang petani di Imogiri ketika mencangkul tanah. Ada Ganesha yang Hindu, ada Jambhala yang Budha. Ada Agastya, Durga, yoni, dan sisi lain Mandala Vajradhatu. Seperti apa masyarakat yang mengandung beda agama di abad kedelapan, sembilan. John Miksic (Borobudur, 1997) berpendapat, 'Religion has never been a source of contention of conflict among the Javanese.' Sebuah warisan dari peradaban Hindu-Budha dalam sejarah Indonesia.
SUMUR GEMULING
Sumur Gumuling merupakan salah satu sumber mata air berbentuk sumur di wilayah Keraton Pleret. Sumur ini terletak di sebelah utara wilayah Keraton Kuno Pleret.
Berdasarkan cerita yang berkembang di masyarakat sumur ini terhubung secara spiritual dengan pantai selatan dan digunakan untuk jamasan pusaka keraton.
3. SITUS MASJID KAUMAN PLERET
DREAMGEDE Wisata Jogja mengajak anda akan Keberadaan Situs Masjid Kauman Pleret Bantul kami ketahui dari kunjungan ke Museum Purbakala Pleret, yang di dalamnya memajang foto-foto situs bersejarah di sekitar wilayah Pleret. Jarak dari Museum Purbakala Pleret ke Situs Masjid Kauman Pleret Bantul hanya sekitar 700 meter, mengarah ke Timur lalu belok ke kiri di Jalan Pleret, melewati perempatan, dan kemudian belok kiri lagi sekitar 70 m dari perempatan itu. Situs ini berada di sebelah kanan jalan, di pekarangan samping kanan sebuah masjid yang dibangun kemudian.
Bangunan darurat berpagar kayu sederhana beratap seng semacam ini terlihat ketika memasuki area Situs Masjid Kauman Pleret Bantul. Di bawahnya adalah area bekas ekskavasi yang dilakukan oleh balai arkeologi setempat. Tidak ada keterangan di tempat mengenai kotak galian ini. Salah satu lubang kotak ekskavasi memperlihatkan susunan batu bata yang sudah berwarna tanah, serta ada semacam saluran air di sisi sebelah kanan lubang. Catatan tentang kotak-kotak galian itu sepertinya sudah lengkap, jika membaca Tata Ruang Masjid Kauman Pleret dari Balai Arkeologi Yogyakarta.info Guide Wisata WA 081904169982/ SMS 08156504380
Lubang-lubang ekskavasi di Situs Masjid Kauman Pleret Bantul rata-rata berpagar dan ditutup dengan cungkup beratap seng, pada area ekskavasi terbesar di Situs Masjid Kauman Pleret Bantul yang berada di bawah naungan atap seng tinggi dan cukup luas. Terlihat susunan bata lumayan tinggi berada di sebelah kiri yang diduga sebagai reruntuhan mihrab Masjid Kauman Pleret. Terlihat pula sebuah umpak (landasan pilar) batu yang berukuran besar. Pada area ekskavasi Situs Masjid Kauman Pleret ini juga ditemukan saluran air yang diduga berada di depan masjid, atau mengelilinginya, sebagaimana parit yang ada di Masjid Besar Mataram Kotagede. Baiknya dibuat keterangan di setiap lubang galian itu. Tak butuh biaya mahal untuk membuat dan meletakkannya di tepian lubang. Penelitian dan penggalian situs dilakukan oleh Dinas Kebudayaan DIY, Balai Arkeologi Yogyakarta, BP3 DIY dan Jurusan Arkeologi UGM pada rentang waktu 2003 – 2010. Itu dilakukan guna mengungkap struktur Masjid Kauman Pleret Bantul, atau Masjid Agung Pleret, yang didirikan Amangkurat I yang memerintah Kerajaan Mataram Islam pada 1646-1677.
Salah satu umpak batu besar yang saat itu masih dibiarkan berada di area terbuka Situs Masjid Kauman Pleret Bantul.
Ada 23 umpak yang telah ditemukan di Situs Masjid Kauman Pleret ini, dari seluruhnya 36 umpak yang diduga menjadi penopang bangunan masjid. baca juga : http://cermin-jayaperkasa.blogspot.co.id/2014/03/kedaton-ambarukmo-tempat-peristirahatan.html
Berdasar temuan yang ada, Masjid Kauman Pleret diduga tidak memiliki serambi. Penggalian pada 2010 di situs Masjid Kauman Pleret Bantul ini ditemukan bilah keris kuno, potongan tulang, gigi binatang, serta tiga fragmen keramik Tiongkok dari Dinasti Ming dan fragmen keramik Eropa serta gerabah. Satu-satunya tengara yang ada saat itu adalah spanduk kecil berisi nama resmi situs dan sedikit gambaran latar belakangnya.
Bekas Tiang pancang Masjid
Memudarnya Pengaruh Mataram, Perpindahan Kekuasaan dari Pleret Ke Kartosuro
Amangkurat I memindahkan Keraton Mataram Kerto yang didirikan Sultan Agung ke Pleret, yang kemudian diserbu dan didukuki oleh Trunojoyo pada 1677. Pangeran Puger belakangan merebut kembali Keraton Mataram Pleret dan mengangkat dirinya menjadi raja Mataram yang baru, setelah Trunojoyo puas menjarah harta keraton dan kembali ke kediri
Namun Amangkurat I menunjuk Adipati Anom, kakak Pangeran Puger, sebagai penggantinya dan bergelar Amangkurat II, yang dengan dukungan VOC menumpas Trunajaya pada akhir tahun 1679. Amangkurat II kemudian membangun Keraton Kartasura pada 1680. Pangeran Puger akhirnya mengakui kedaulatan Amangkurat II setelah sempat terjadi perang saudara. Menyerahnya Pangeran Puger mengakhiri Mataram, meskipun ia kemudian menjadi penguasa Kartasura bergelar Pakubuwono I setelah menyingkirkan Amangkurat III. Pleret pun semakin memudar pamornya setelah pusat kekuasaan pindah ke Kartasura, dan kemudian ke Surakarta, menyisakan peninggalan seperti Situs Masjid Kauman Pleret Bantul.
Kalau dibandingkan dengan Masjid Agung Keraton Yogyakarta atau Masjid Agung Kotagede yang sama-sama berusia tua, kondisi dua bangunan itu jauh lebih beruntung dibandingkan Masjid Kauman Pleret ini. Hal tersebut disebabkan oleh wilayah Pleret yang silih berganti dicaplok oleh banyak pihak. Pemberontakan Trunajaya, serbuan Keraton Kartasura, markas tentara Jepang, hingga industrialisasi perkebunan tebu oleh Belanda, turut menyumbang perusakan demi perusakan situs bersejarah ini.
Mungkin saja, bilamana masjid ini masih utuh hingga detik ini, ia akan mewujud kokoh seperti pohon randu yang tumbuh gagah tak jauh dari Masjid Kauman. Sebenarnya sih hanya pohon randu biasa, hanya saja yang membuatnya istimewa adalah ukurannya yang raksasa. Jumlahnya pun ada dua pohon. Yah, mungkin pohon randu tersebut bisa tumbuh meraksasa karena “pupuk”nya. Sebab di sekitar pohon adalah pemakaman. Ini tidak lain adalah bagian dari budaya masyarakat Jawa di jaman dahulu yang memposisikan pemakaman berdampingan dengan masjid. Silakan Pembaca berkunjung, sambil membayangkan bentuk masjid ini di jaman dahulu kala.
DREAMGEDE Wisata Jogja berharap situs Pleret dan pohon raksasa yang bisa jadi penanda itu dapat dirawat dengan baik, sehingga dapat menarik masyarakat untuk mengunjunginya. Kita dan pemerintah memperhatikan dan merawat dengan baik situs dan pohon randu tersebut. Kalau dahulu pohon randu itu hanya diambil kapasnya, sekarang pohon randu itu bisa jadi tempat wisata dan sarana untuk mengenal sejarah.
BBM 5513A5A6
SMS 0815 650 4380
0 komentar:
Posting Komentar